Diam lebih baik

Hari ini perasaan sedang gunda gulana, rasanya nyesek didada. Pengen ditangisi, tapi engga jelas kenapa.  Pengen marah juga engga jelas sama siapa. 

Ini bukan soal siapa salah dan siapa yang benar. Bukan pula soal siapa yg baper siapa yang tidak. Becanda boleh, tapi sebatasnya, dan sewajarnya.

Sedari awal sudahku katakan, becanda yang "seperti ini" tidakku suka, sedari awal juga sudah kukatakan, aku tak suka dengan ini dan itu. Tau. Tapi senjaga dilakukan. Dan pada akhirnya, ya begini. 

Aku dengan sikapku, yang tak akan pernah berani menegur,  menyapa orang yang sedang marah. Dan akupun tak tau, bagaimana memberikan perhatian lebih kepada orang yang marah. Aku hanya akan diam. Dan memberikan waktu, karna sejatinya setiap kita yg marah, hanya butuh sedikit ruang tunggu, agar semuanya kembali baik. Dan salahnya aku, aku tak pernah tau,  cara menghadapi marahmu. Jika sudah begini. Aku harus apa? 

Mencoba untuk menurunkan sedikit egoku, menyapamu lewat pesan. Dijam yg berbeda. Bahkan tak bisa tidur memikirkan itu. Kalimat maaf pun berkali-kali ku lontarkan. Jangankan dibalas. Dibaca pun sudah tidak. Meskipun mataku berkali-kali menyaksikan "sedang online" mu. Sedih rasanya hati ini.

Mencoba merespon dengan cepat setiap pesanmu, kalimat "gpp" dan "emotmu" tak memperbaiki apapun. Dan aku. Aku Lelah. Mungkin diam yang panjang akan lebih baik, dari pada memberikan kesan "pengganggu" dan aku tak ingin mengganggumu terlalu sering. 

Hari ini aku putuskan untuk diam yang panjang. Maaf dan terimakasih.


Dari Aku yang sedang sedih. Batam, 22 mei 2021



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spesial~

Try again