Luka

Tak pernah terbayang, kejadian malam ini sungguh menyesakkan hati. Awalnya adikku merasa kurang enak badan dan akupun begitu, akhirnya kami memutuskan untuk pijat badan ditempat biasanya, seperti bulan-bulan sebelumnya. Hanya saja beberapa bulan ini kami mulai vakum.

Setelah kami kesana, berjumpa dengan bude, bude adalah orang terdekat yang sudah kami anggap seperti orangtua sendiri. Saat bude mulai memijatku, feeling seorang ibuk (menurutku) mungkin menjadi obrolan paling dalam malam ini.

Bermula bertanya tentang kegiatanku hari ini, sampai pada titik itu. Titik dimana akupun tak mampu menjelaskan betapa dalamnya "luka batinku". Bila luka itu mulai terbahas kembali, hal yang ku lakukan hanya terdiam dan meneteskan air mata. Tak bersuara dan tak mampu menjelaskan apapun.

Aku sendiripun tak pernah tau, luka apa yang tertanam dalam batinku. Karna bagiku apapun yang terjadi, hanya aku yang tau. Dan aku selalu menempatkan semua kejadian buruk itu, dalam memori jangka pendek, tanpa ingin menempatkannya dalam memori jangka panjang. Itu sebabnya, apapun yang terjadi terdahulu tak pernah ku ingat kembali.

Mungkin sewaktu-waktu ada yang ingin mengingatkannya, aku akan berfikir keras untuk mengigat kejadian apapun itu. Tak jarang oranglain akan kesel bila aku tak mampu mengingatnya. Aku rasa ini hanya soal keikhlasan hati.

Melupakan belum tentu memaafkan. Jadi setiap kejadian yang hampir mirip terjadi aku akan melakukan hal yang sama. Dan ini juga menjadi salah satu luka bathin bertambah dan selalu ada. Saat ini hal yang ingin ku lakukan hanya satu, memaafkan.

Memaafkan setiap kali kejadian buruk terjadi padaku. Agar luka dan lupa beriringan dengan kesembuhan batin.

Terimakasih sudah berbesar hati. Berdamailah wahai diri. Senyumlah paling lebar, selebar dunia mengenalmu.

Batam, 08 juni 2021.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spesial~

Try again